Al Qur'an
“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus/10: 57)
Islam Sebagai Nashihat
“Agama adalah nasihat”. Kami bertanya: “Bagi siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslim dan bagi kaum muslim secara umum.” (HR. Muslim)
Nafs (jiwa)
“Nafs (jiwa) dalam jasad itu bagaikan burung yang terkurung dalam sangkar,merindukan kebebasannya di alam lepas, menyatu kembali dengan alam ruhani, yaitu alam asalnya. Setiap kali ia mengingat alam asalnya, ia pun menangis karena rindu ingin kembali.” (Ibn Sina)
Senin, 17 Februari 2014
23.01
Resonansi Qalbu
DALAM al-Quran terdapat beberapa hewan yang namanya dicantumkan sebagai nama surah. Sebut saja Semut (An-Naml), Gajah (Al-Fiil), Laba-Laba (Al-Ankabut), atau Lebah (An-Nahl).
Tentu saja, tidak semata-mata Allah Swt. mencantumkan nama hewan
tersebut sebagai nama surah dalam Al-Quran apabila hewan tersebut tidak
memiliki kelebihan ataupun hikmah yang bisa dipetik. Sebagai contoh
adalah lebah.
Banyak orang yang belum memahami Al-Quran mungkin akan bertanya-tanya mengapa hewan kecil bersayap yang suka menyengat ini
dimasukkan sebagai nama surah? Namun, pertanyaan tersebut akan sirna
dengan sendirinya dan akan segera memperoleh jawaban apabila membaca
salah satu ayat dalam surah An-Nahl.
Dalam ayat-68-69 surah An-Nahl, Allah Swt. berfirman: “Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu
yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia….”(QS. An-Nahl [16]: 68-69)
Ayat tersebut secara jelas menggambarkan bahwa kepantasan lebah
menjadi salah satu nama surah dalam Al-Quran itu disebabkan manfaat yang
bisa diperoleh dari lebah tersebut, yakni berupa madu yang dapat
dijadikan sebagai obat. Pada awalnya mungkin banyak orang yang tidak
yakin bahwa madu bisa menjadi obat. Namun, dalam perkembangannya
kemudian, para ahli kedokteran telah membuktikan bahwa madu memang bisa
dijadikan obat. Adapun beberapa khasiat madu yang dihasilkan lebah
adalah sebagai berikut:
Madu untuk Sumber Energi
Pada masa lalu, para atlet Romawi dan Yunani kuno meminum madu sebelum dan sesudah bertanding sebagai obat untuk stamina
dan pemulih energi karena madu mengandung gula yang cepat diserap oleh
sistem pencernaan. Dengan kata lain, madu adalah sumber energi instan
Madu Seefektif Glukosa
Hasil riset yang dikeluarkan sebuah jurnal kesehatan menyebutkan kadar glycemic index
(GI ukuran untuk mengukur dampak negatif makanan dalam gula darah) yang
rendah pada madu memperlambat penyerapan gula dalam darah sehingga
lebih menyehatkan sistem
pencernaan dan menjamin ketersediaan karbohidrat selama berolahraga.
Sementara itu, Laboratorium Nutrisi di Universitas Mempish menyatakan
bahwa madu seefektif glukosa pengganti karbohidrat selama pemanasan.
Madu untuk Penyembuh Luka
Dalam dunia pengobatan masyarakat Yunani dan Romawi memelopori
penggunaan madu untuk mengobati hidung tersumbat. Adapun bangsa Mesir
kuno menjadi pelopor pemanfaatan madu untuk mengobati luka. Mereka
membuat salep dari madu untuk mengobati luka bakar dan luka akibat
tusukan benda tajam.
Madu sebagai Antibiotik
Setelah ribuan tahun digunakan, khasiat madu sebagai obat luka
terungkap secara ilmiah. Madu bekerja sebagai antibiotik alami yang
sanggup mengalahkan bakteri mematikan. Bahkan, madu mampu mengeringkan
bakteri sehingga bakteri sulit tumbuh.
Madu untuk Membunuh Kuman
Kandungan asam amino
bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit. Madu mengandung
zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab
infeksi.
Madu untuk Terapi
Madu termasuk dalam 500 resep obat dari 900 resep yang diketahui.
Pengobatan modern yang mengacu pada terapi kuno penggunaan madu dari
Mesir puas dengan hasil madu yang digunakan untuk terapi.
Madu untuk Mengobati Borok
Uji coba terhadap seorang pasien berusia 79 tahun yang menderita
diabetes berhasil menyembuhkan borok pada jari kaki. Sang pasien bahkan
tidak jadi diamputasi berkat terapi madu tersebut
Madu untuk Antioksidan
Riset di Universitas Purdue itu menyimpulkan, konsumsi suplemen
kalsium bersama madu mampu meningkatkan penyerapan kalsium oleh tubuh.
Madu untuk Awet Muda
Bagi keluarga Kerajaan Inggris, sarapan madu adalah kebiasaan. Setiap
hari, mereka mengoleskan madu berkualitas tinggi pada roti. Madu-lah
yang menyebabkan kesehatan keluarga Kerajaan Inggris terjaga dengan baik
sehingga berumur panjang dan awet muda.
Demikianlah untuk kesekian kalinya Al-Quran memberikan bukti
keluarbiasaannya. Sebagaimana bunyi kalimat terakhir ayat yang dikutip
di atas “… Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan,” sudah selayaknya kita memikirkannya. Wallahu a’lam
Senin, 10 Februari 2014
14.57
Resonansi Qalbu
PERBINCANGAN seputar cinta dalam kehidupan merupakan perihal yang
sangat menyenangkan, menakjubkan, dan tak membosankan. Sepasang mempelai
merasakan manisnya cinta dalam bingkai tali ikatan pernikahan, pasangan
suami istri memadu kasih dan cinta di dalam mahligai bahtera rumah
tangga, orang tua mencurahkan butiran-butiran cinta kepada anak-anaknya,
seorang saudara mencintai saudaranya atas dasar ikatan kekerabatan.
Semuanya terpikat, tersihir, dan terpanah oleh “cinta”.
Ketika seorang istri melabuhkan cintanya kepada pasangannya, tentunya adanya indikasi cahaya cinta yang memancar dalam relung hatinya. Ia akan memberikan pelayanan spesial dan super kepada tambatan hatinya. Ia rela berkurban untuk mereguk manisnya cinta. Itulah cinta membuat orang bahagia ketika meraihnya dan membuat orang merana ketika jalinan cinta kandas oleh gelombang besar yang menerpa.
Agar cinta seseorang meraih selaksa pahala, hendaklah ia memperhatikan makna cinta yang sebenarnya, apa dasar cinta berlabuh dalam hatinya, dan apa motivasi cinta yang tertanam dalam jiwanya.
Cinta yang membuahkan pahala adalah cinta berpijak karena Alloh. Seseorang mencintai istrinya bukan karena harta melimpah yang dimilikinya. Seseorang mencintai saudaranya bukan karena jalinan kekerabatan. Seseorang mencintai anaknya bukan karena ikatan nasab. Seseorang mencintai teman kerjanya bukan karena satu perusahaan. Jadi, cinta yang bermuara pahala adalah cinta karena Alloh . Maksud cinta karena Alloh adalah mencintai orang lain-istri, anak, saudara seiman, kerabat, dan teman-karena ketakwaan, keimanan, dan ketaatan kepada Alloh .
Jika seseorang mencintai istrinya karena kecantikannya, niscaya kecantikan akan punah. Jika seseorang mencintai istrinya karena harta benda yang melimpah, niscaya harta bendanya bisa binasa. Jika seseorang mencintai istrinya karena keturunannya, niscaya keturunanya tidak bisa menyelamatkan dirinya dari kobaran api neraka. Oleh karena itu, cintailah istri, anak, orang tua, kerabat dan teman karena ketaatan kepada Alloh , niscaya cinta itu akan membuahkan balasan kebaikan di dunia dan buah pahala di akhirat kelak.
Buah ranum yang di dapat dari orang yang mencintai karena Alloh adalah mendapatkan naungan pada suatu hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan dari Alloh . Pada hari kiamat matahari akan didekatkan kepada manusia dengan sedekat-dekatnya, merekapun berpeluh ada yang sampai telinga, ada yang sampai lutut, ada juga yang sampai kedua mata kaki. Saking panasnya hingga kumpulan peluh mereka menembus bumi sejauh tujuh puluh hasta. Pada hari itu tidak ada naungan atau memayungi terik panasnya matahari kecuali naungan dari Alloh .
Cinta kepada kerabat adalah cinta yang alami. Setiap orang mencintai kerabatnya dengan cinta alami. Bahkan semua macam binatang mencintai anak-anaknya. Engkau sering melihat berbagai macam induk binatang dan serangga mencintai anak-anaknya hingga besar. Lalu para induk mulai mengusir anak-anaknya…
Yang jelas cinta kepada kerabat adalah cinta alamiah. Akan tetapi, jika kerabat engkau adalah orang sholih, maka hendaklah engkau mencintainya di atas sekedar cinta alamiah, engkau mencintainya dengan cinta karena Alloh.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)
Ketika seorang istri melabuhkan cintanya kepada pasangannya, tentunya adanya indikasi cahaya cinta yang memancar dalam relung hatinya. Ia akan memberikan pelayanan spesial dan super kepada tambatan hatinya. Ia rela berkurban untuk mereguk manisnya cinta. Itulah cinta membuat orang bahagia ketika meraihnya dan membuat orang merana ketika jalinan cinta kandas oleh gelombang besar yang menerpa.
Agar cinta seseorang meraih selaksa pahala, hendaklah ia memperhatikan makna cinta yang sebenarnya, apa dasar cinta berlabuh dalam hatinya, dan apa motivasi cinta yang tertanam dalam jiwanya.
Cinta yang membuahkan pahala adalah cinta berpijak karena Alloh. Seseorang mencintai istrinya bukan karena harta melimpah yang dimilikinya. Seseorang mencintai saudaranya bukan karena jalinan kekerabatan. Seseorang mencintai anaknya bukan karena ikatan nasab. Seseorang mencintai teman kerjanya bukan karena satu perusahaan. Jadi, cinta yang bermuara pahala adalah cinta karena Alloh . Maksud cinta karena Alloh adalah mencintai orang lain-istri, anak, saudara seiman, kerabat, dan teman-karena ketakwaan, keimanan, dan ketaatan kepada Alloh .
Jika seseorang mencintai istrinya karena kecantikannya, niscaya kecantikan akan punah. Jika seseorang mencintai istrinya karena harta benda yang melimpah, niscaya harta bendanya bisa binasa. Jika seseorang mencintai istrinya karena keturunannya, niscaya keturunanya tidak bisa menyelamatkan dirinya dari kobaran api neraka. Oleh karena itu, cintailah istri, anak, orang tua, kerabat dan teman karena ketaatan kepada Alloh , niscaya cinta itu akan membuahkan balasan kebaikan di dunia dan buah pahala di akhirat kelak.
Buah ranum yang di dapat dari orang yang mencintai karena Alloh adalah mendapatkan naungan pada suatu hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan dari Alloh . Pada hari kiamat matahari akan didekatkan kepada manusia dengan sedekat-dekatnya, merekapun berpeluh ada yang sampai telinga, ada yang sampai lutut, ada juga yang sampai kedua mata kaki. Saking panasnya hingga kumpulan peluh mereka menembus bumi sejauh tujuh puluh hasta. Pada hari itu tidak ada naungan atau memayungi terik panasnya matahari kecuali naungan dari Alloh .
Dari Abu Hurairoh bahwa Nabi Muhammad bersabda:“Tujuh golongan yang mereka dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya (naungan arsy-Nya atau naungan yang Alloh ciptakan untuk menaungi hamba-Nya yang dikehendaki-Nya) pada hari tiada naungan selain naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Alloh , seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Alloh ; keduanya berkumpul dan berpisah karena cinta Alloh, seseorang yang diajak zina oleh seorang wanita yang memiliki kecantikan dan kemolekan akan tetapi ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Alloh .’, seorang yang mengeluarkan sedekah lalu menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir kepada Alloh dalam kesendirian sehingga berlinanglah air matanya. (HR. Bukhori dan Muslim)Syaikh Sholih Utsaimin berkata, “Maka makna ‘Pada hari tiada naungan selain naungan-Nya’ atau ‘Mereka dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya’ adalah naungan yang tak seorangpun mampu mengukurnya pada waktu itu. Karena pada waktu itu tak ada satupun bangunan yang ditegakkan, tak ada tanaman yang ditanam, tak ada pasir yang ditegakkan, tak ada batu-batu yang disusun, semua tidak ada sama sekali. Alloh berfirman,
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: “Robbku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali. Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thoha [20] : 105-107)Tak ada sesuatupun yang memayungi seseorang dari terik matahari. Tidak ada bangunan, tidak ada pepohonan, tidak ada bebatuan, dan tidak ada sesuatupun dari semua itu. Akan tetapi Alloh ‘Azza wa Jalla menciptakan sesuatu dengannya Dia menaungi siapa saja yang dikehendaki dari para hamba-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. Inilah makna hadits yang sebenarnya dan hadits itu tidak ada makna lain yang demikian ini. Yang menjadi pokok dalam hadits bab ini adalah ungkapan Beliau,
“…Dua orang yang saling mencintai karena Alloh, keduanya berkumpul dan berpisah karena cinta Alloh”. Maksudnya adalah di antara keduanya berproses sebuah cinta. Akan tetapi cinta karena Alloh bukan cinta karena harta, atau karena kemuliaan, atau karena nasab keturunan atau karena yang lain-lainnya. Akan tetapi, cinta karena Alloh . Engkau melihatnya taat kepada Alloh, menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Alloh, sehingga ia dicintai karena semua ini. Inilah pengertian yang termasuk dalam hadits,’…dua orang yang saling mencintai.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)Buah lain yang akan didapat bagi orang yang mencintai karena Alloh adalah Alloh Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan mencintainya.
Dari Abu Idris Al-Khaulani , ia berkata, ‘Aku masuk masjid Damaskus. Tiba-tiba aku melihat pemuda dengan gigi seri yang mengkilap yang dikerumuni orang banyak. Jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal mereka mengembalikan perkara itu kepadanya. Mereka meminta pendapatnya. Maka aku bertanya berkenaan dengannya dan dikatakan, ‘Itu adalah Muadz bin Jabal . Keesokan harinya aku datang pagi-pagi sekali ke masjid dan aku dapati ia telah mendahuluiku tiba pagi-pagi di masjid. Aku lihat ia sedang menunaikan sholat. Aku menunggunya hingga selesai menunaikan sholatnya. Aku mendatanginya ke arah depannya. Aku sampaikan salam kepadanya lalu kukatakan, ‘Demi Alloh, aku cinta kepada engkau karena Alloh’. Maka ia berkata, ‘Demi Allohkah? Kujawab, ‘Demi Alloh. Ia menarik ujung selendangku dan menarikku dekat kepadanya, lalu ia berkata, ‘Bergembiralah, sungguh aku telah mendengar Rosululloh bersabda, ‘Alloh berfirman: ‘Pasti akan mendapatkan kecintaan dari-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, saling bergaul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku dan saling bershadaqah karena-Ku.” (HR. Malik dalam Al-Muwaththa dengan isnadnya yang shahih)Buah lain yang didapat dari orang yang mencintai karena Alloh adalah manisnya iman artinya bukan manisnya gula atau madu, tetapi manis yang lebih agung dari segala yang manis. Manis yang ditemukan oleh manusia di dalam hatinya. Manis yang agung yang tiada taranya. Ia menemukan kelapangan dalam sanubarinya, kecintaan kepada kebaikan, kecintaan kepada pelaku kebaikan di dalam hatinya. Kebaikan yang tidak diketahui melainkan oleh orang yang sebelumnya belum pernah menemukannya.
Dari Anas dari Nabi bahwa beliau berkata, “Tiga hal yang barangsiapa tiga hal itu ada dalam dirinya, niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Alloh dan Rosul-Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, hendaknya mencintai seseorang dengan tidak mencintainya melainkan karena Alloh dan hendaklah merasa benci kembali kepada kekafiran setelah Alloh menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana ia benci dirinya akan dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhori dan Muslim)Syaikh Sholih Utsaimin berkata, “Inilah yang pokok. Engkau mencintai seseorang tiada lain karena Alloh , bukan engkau mencintai karena kerabat, bukan karena hartanya, bukan karena kemuliaannya, dan bukan karena sesuatu dari dunia, tetapi engkau mencintai karena Alloh .
Cinta kepada kerabat adalah cinta yang alami. Setiap orang mencintai kerabatnya dengan cinta alami. Bahkan semua macam binatang mencintai anak-anaknya. Engkau sering melihat berbagai macam induk binatang dan serangga mencintai anak-anaknya hingga besar. Lalu para induk mulai mengusir anak-anaknya…
Yang jelas cinta kepada kerabat adalah cinta alamiah. Akan tetapi, jika kerabat engkau adalah orang sholih, maka hendaklah engkau mencintainya di atas sekedar cinta alamiah, engkau mencintainya dengan cinta karena Alloh.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)
Semoga kita mampu melabuhkan cinta kita kepada orang tua, istri, anak-anak, karib kerabat, dan teman-teman kita karena Alloh semata. Wallohu a’lam
14.39
Resonansi Qalbu
REPUBLIKA.CO.ID, Yusuf Ali Bernier merupakan mualaf dari Kanada.
Sebelum menjadi Muslim, hidupnya lekat dengan gereja. Pelayanan gereja
terutama ritual berulang , bernyanyi , dan doa kepada Yesus atau Maria
atau Tuhan dan kadang-kadang orang-orang kudus menjadi hal-hal yang
mengiringi pertumbuhan Yusuf.
Ia biasa duduk dengan bingung membaca Alkitab sembari merekam dalam tape recorder. Setelah selesai, Ia akan memutar rekaman kembali dengan harapan menangkap makna dari apa yang baru saja dibacanya. Namun, cara itu tak juga membantunya memperoleh apa yang ia cari.
Pada suatu hari, ia menyaksikan khotbah di televisi dimana acara tersebut memerintahkan pemberian Alkitab gratis dan menyumbangkan sebanyak yang bisa dilakukan ( yang tidak bisa banyak dilakukan anak laki-laki sepuluh tahun ) kepada penginjil televisi. Ganjarannya Ia akan menerima surat terima kasih dan berkat dan yang membuat saya merasa baik .
Hal itu berlangsung selama satu tahun atau lebih sampai akhirnya Ia menjadi terlalu frustrasi, kehilangan, dan bosan dengan seluruh proses. Bukannya mengerti, Yusuf malah semakin bingung memahami arti yang ada di dalam injil.
"Aku memiliki Alkitab di lemari laci dan saya hanya akan menyebutnya sesekali pada saat saya remaja. Aku menerima kenyataan bahwa aku tidak akan pernah benar-benar memahami Alkitab. Artinya , ironisnya , sampai nanti ketika saya menjadi Muslim. Saat itulah aku mulai mendapatkan pemahaman yang lengkap itu," jelasnya, seperti dilansir dari Onislam, Selasa (14/1).
Apa yang membuat Ia bingung dengan Injil adalah kontradiksi antara kitab tersebut dan apa yang telah diajarkan oleh para imam dan pendidik agamanya. Ia menemukan bahwa hampir setiap aspek keyakinannya terguncang atau tidak masuk akal sama sekali setelah mengacu pada Injil.
Ia merasa inti dari imannya yang telah dipelajari adalah palsu. Hal tersebut membawa dirinya ke titik di mana pesimis dan sinis terhadap agama. Akhirnya saat remaja, Ia pun seperti mengejek Agama yang diyakininya dengan pergi gereja sembari mengunyah permen karet dan setengah hati berpartisipasi dalam pelayanan.
Ia akan bersuara pada saat menyebutkan Tuhan atau Yesus. Ia tidak tahu apa yang bisa dipercaya lagi. Satu-satunya hal yang Ia yakini adalah bahwa Tuhan itu ada. Semua kebingungan dan kekecewaannya dari usia sepuluh tahun akhirnya memicu mencari Kebenaran dan akhirnya membawanya ke agama yang disebut Islam.
Pertemuan pertamanya dengan orang-orang Muslim adalah melalui transaksi bisnis. Hangat dan murah hati keramahan mereka memenangkan hatinya. Ia juga tergelitik dengan orang Muslim yang setia dengan Allah dalam ungkapan-ungkapan seperti Alhamdulillah (semua Segala puji bagi Allah ) dan Insya Allah ( Insya Allah ).
Ia tidak pernah melihat orang-orang dalam keadaan iman yang kuat seperti ini sebelumnya. Yusuf menemukan Kebaikan, kemurahan hati dan sifat belas kasih mereka adalah sebuah bagian dari seorang Muslim. Hal ini lantas mendorongnya ingin menjadi seperti mereka.
"Ini adalah apa yang menarik dari orang-orang Islam , ini adalah apa yang membuat saya tertarik terhadap Islam," ujarnya.
Setelah peristiwa tersebut, Ia mulai mempelajari dasar-dasar Islam. Semakin Ia belajar, Yusuf semakin ingin tahu. Ia mempelajari Islam melalui buku-buku yang ditulis oleh umat Islam dan juga membaca terjemahan Al-Quran. Ketika itu, hanya beberapa orang yang tahu bahwa Ia sedang belajar Islam.
Ia beralasan karena tidak ingin ada campur tangan dari umat Islam dan terutama dari teman-teman Kristen dan Yahudinya. "Saya tahu bahwa jika ada yang membimbing dan membantu saya dalam pencarian kebenaran adalah Allah," jelasnya.
Seiring waktu berlalu , pengetahuannya berkembang menjadi alam Kebenaran sampai sekarang tanpa sepengetahuan saya . Islam menjadi kekuatan yang kuat seperti magnet menarik dirinya lebih dekat dan lebih dekat untuk itu.
Allah adalah satu-satunya hal dipikirkannya ketika melayang tidur dan pikiran pertama ketika terbangun. Islam membangun intelektual serta hatinya dan Ia menjadi begitu semangat tumbuh untuk itu.
Baca Quran
Ia akhirnya belajar Surat Al - Ikhlas meskipun belum Muslim. Ia mulai mengajar diri untuk berdoa dengan menggunakan buku dan membaca satu-satunya Surah yang Ia tahu. Ia merasakan kebutuhan yang sangat besar untuk bersujud kepada Yang Maha Kuasa untuk meminta maaf dan petunjuk menjadi hal yang paling masuk akal baginya.
Tak lama kemudian, Ia berangkat berlibur sembari membawa Qur'an. Empat hari kemudian, Ia yang sendirian di negara asing terkena sakit parah. Ia hanya terbaring selama sebulan dan setiap hari kehilangan hampir satu pon berat badanya.
Menghadapi kematian, Ia yang sendirian dalam penderitaan ingat memohon kepada Allah untuk tidak membiarkannya mati dalam kondisi tidak lengkap. Waktu itu Ia belum dikonversi menjadi Muslim tapi dalam hatinya selalu ingin menjadi seorang Muslim. Ia tersadar dahulu seperti menunda-nunda mencoba untuk mempelajari segala sesuatu yang benar.
Kini, Ia percaya bahwa itu adalah panggilan untuknya dari Sang Maha Penyayang. Itu adalah untuk momen baginya untuk mengatakan bahwa hidup ini terlalu singkat untuk menunda sesuatu yang ingin dilakukan.
Setelah memohon, kondisnya berangsur baik dan Ia bisa kembali ke Kanada. Dua minggu setelah kembali ke Kanada Ia masuk Islam. "Al- Hamdulillah saya tidak mati sebelum mengatakan syahadat," ujarnya.
"Allah Maha Penyayang. Dia memberikan orang banyak peluang dan tanda-tanda . Bagian yang sulit adalah tidak begitu banyak orang mengenali tanda-tanda tersebut," jelasnya.
"Islam seperti obat. Ini perubahan perilaku menyimpang dan menenangkan serta membuat jiwa menangis. Islam adalah agama Kebenaran dan Quran adalah panduan untuk semua aspek kehidupan. Quran memberi saya semua jawaban atas pertanyaan saya," kenangnya.
Ini, lanjutnya, meringankan kebingungan saya dan mengubahnya menjadi kejelasan dan pemahaman . Tidak pernah terlintas ada agama yang Kebenaran mutlak dalam bentuk yang paling murni . Jika seluruh umat manusia menyadari bahwa kebenaran ini adalah agama Islam.
"Saya berdoa kepada Allah untuk membimbing kita semua ke jalan yang lurus. Jalan semua nabi Allah termasuk Ibrahim , Nuh , Musa , Yesus , dan Muhammad ( damai atas mereka semua )," tandasnya.
Ia biasa duduk dengan bingung membaca Alkitab sembari merekam dalam tape recorder. Setelah selesai, Ia akan memutar rekaman kembali dengan harapan menangkap makna dari apa yang baru saja dibacanya. Namun, cara itu tak juga membantunya memperoleh apa yang ia cari.
Pada suatu hari, ia menyaksikan khotbah di televisi dimana acara tersebut memerintahkan pemberian Alkitab gratis dan menyumbangkan sebanyak yang bisa dilakukan ( yang tidak bisa banyak dilakukan anak laki-laki sepuluh tahun ) kepada penginjil televisi. Ganjarannya Ia akan menerima surat terima kasih dan berkat dan yang membuat saya merasa baik .
Hal itu berlangsung selama satu tahun atau lebih sampai akhirnya Ia menjadi terlalu frustrasi, kehilangan, dan bosan dengan seluruh proses. Bukannya mengerti, Yusuf malah semakin bingung memahami arti yang ada di dalam injil.
"Aku memiliki Alkitab di lemari laci dan saya hanya akan menyebutnya sesekali pada saat saya remaja. Aku menerima kenyataan bahwa aku tidak akan pernah benar-benar memahami Alkitab. Artinya , ironisnya , sampai nanti ketika saya menjadi Muslim. Saat itulah aku mulai mendapatkan pemahaman yang lengkap itu," jelasnya, seperti dilansir dari Onislam, Selasa (14/1).
Apa yang membuat Ia bingung dengan Injil adalah kontradiksi antara kitab tersebut dan apa yang telah diajarkan oleh para imam dan pendidik agamanya. Ia menemukan bahwa hampir setiap aspek keyakinannya terguncang atau tidak masuk akal sama sekali setelah mengacu pada Injil.
Ia merasa inti dari imannya yang telah dipelajari adalah palsu. Hal tersebut membawa dirinya ke titik di mana pesimis dan sinis terhadap agama. Akhirnya saat remaja, Ia pun seperti mengejek Agama yang diyakininya dengan pergi gereja sembari mengunyah permen karet dan setengah hati berpartisipasi dalam pelayanan.
Ia akan bersuara pada saat menyebutkan Tuhan atau Yesus. Ia tidak tahu apa yang bisa dipercaya lagi. Satu-satunya hal yang Ia yakini adalah bahwa Tuhan itu ada. Semua kebingungan dan kekecewaannya dari usia sepuluh tahun akhirnya memicu mencari Kebenaran dan akhirnya membawanya ke agama yang disebut Islam.
Pertemuan pertamanya dengan orang-orang Muslim adalah melalui transaksi bisnis. Hangat dan murah hati keramahan mereka memenangkan hatinya. Ia juga tergelitik dengan orang Muslim yang setia dengan Allah dalam ungkapan-ungkapan seperti Alhamdulillah (semua Segala puji bagi Allah ) dan Insya Allah ( Insya Allah ).
Ia tidak pernah melihat orang-orang dalam keadaan iman yang kuat seperti ini sebelumnya. Yusuf menemukan Kebaikan, kemurahan hati dan sifat belas kasih mereka adalah sebuah bagian dari seorang Muslim. Hal ini lantas mendorongnya ingin menjadi seperti mereka.
"Ini adalah apa yang menarik dari orang-orang Islam , ini adalah apa yang membuat saya tertarik terhadap Islam," ujarnya.
Setelah peristiwa tersebut, Ia mulai mempelajari dasar-dasar Islam. Semakin Ia belajar, Yusuf semakin ingin tahu. Ia mempelajari Islam melalui buku-buku yang ditulis oleh umat Islam dan juga membaca terjemahan Al-Quran. Ketika itu, hanya beberapa orang yang tahu bahwa Ia sedang belajar Islam.
Ia beralasan karena tidak ingin ada campur tangan dari umat Islam dan terutama dari teman-teman Kristen dan Yahudinya. "Saya tahu bahwa jika ada yang membimbing dan membantu saya dalam pencarian kebenaran adalah Allah," jelasnya.
Seiring waktu berlalu , pengetahuannya berkembang menjadi alam Kebenaran sampai sekarang tanpa sepengetahuan saya . Islam menjadi kekuatan yang kuat seperti magnet menarik dirinya lebih dekat dan lebih dekat untuk itu.
Allah adalah satu-satunya hal dipikirkannya ketika melayang tidur dan pikiran pertama ketika terbangun. Islam membangun intelektual serta hatinya dan Ia menjadi begitu semangat tumbuh untuk itu.
Baca Quran
Ia akhirnya belajar Surat Al - Ikhlas meskipun belum Muslim. Ia mulai mengajar diri untuk berdoa dengan menggunakan buku dan membaca satu-satunya Surah yang Ia tahu. Ia merasakan kebutuhan yang sangat besar untuk bersujud kepada Yang Maha Kuasa untuk meminta maaf dan petunjuk menjadi hal yang paling masuk akal baginya.
Tak lama kemudian, Ia berangkat berlibur sembari membawa Qur'an. Empat hari kemudian, Ia yang sendirian di negara asing terkena sakit parah. Ia hanya terbaring selama sebulan dan setiap hari kehilangan hampir satu pon berat badanya.
Menghadapi kematian, Ia yang sendirian dalam penderitaan ingat memohon kepada Allah untuk tidak membiarkannya mati dalam kondisi tidak lengkap. Waktu itu Ia belum dikonversi menjadi Muslim tapi dalam hatinya selalu ingin menjadi seorang Muslim. Ia tersadar dahulu seperti menunda-nunda mencoba untuk mempelajari segala sesuatu yang benar.
Kini, Ia percaya bahwa itu adalah panggilan untuknya dari Sang Maha Penyayang. Itu adalah untuk momen baginya untuk mengatakan bahwa hidup ini terlalu singkat untuk menunda sesuatu yang ingin dilakukan.
Setelah memohon, kondisnya berangsur baik dan Ia bisa kembali ke Kanada. Dua minggu setelah kembali ke Kanada Ia masuk Islam. "Al- Hamdulillah saya tidak mati sebelum mengatakan syahadat," ujarnya.
"Allah Maha Penyayang. Dia memberikan orang banyak peluang dan tanda-tanda . Bagian yang sulit adalah tidak begitu banyak orang mengenali tanda-tanda tersebut," jelasnya.
"Islam seperti obat. Ini perubahan perilaku menyimpang dan menenangkan serta membuat jiwa menangis. Islam adalah agama Kebenaran dan Quran adalah panduan untuk semua aspek kehidupan. Quran memberi saya semua jawaban atas pertanyaan saya," kenangnya.
Ini, lanjutnya, meringankan kebingungan saya dan mengubahnya menjadi kejelasan dan pemahaman . Tidak pernah terlintas ada agama yang Kebenaran mutlak dalam bentuk yang paling murni . Jika seluruh umat manusia menyadari bahwa kebenaran ini adalah agama Islam.
"Saya berdoa kepada Allah untuk membimbing kita semua ke jalan yang lurus. Jalan semua nabi Allah termasuk Ibrahim , Nuh , Musa , Yesus , dan Muhammad ( damai atas mereka semua )," tandasnya.
Kamis, 30 Januari 2014
18.37
Resonansi Qalbu
Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta
di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak
pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian
nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat
langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.
“Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan
segar,” katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan
terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah
terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi
kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia
bergabung kembali dengan mereka.Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.
Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.
Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?” “Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.”
Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?”
Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.”
Selasa, 28 Januari 2014
09.14
Resonansi Qalbu
Ibnu Hibban meriwayatkan di dalam kitab “Ats Tsiqot”
Kisah ini. Dia adalah imam besar ,Abu Qolabah Al Jurmy Abdullah bin
Yazid dan termasuk dari perawi-perawi yang meriwayatkan dari Anas bin
malik. Dan yang meriwayatkan kisah ini adalah Abdullah bin Muhammad.
Inilah kisahnya:
Saya keluar untuk menjaga perbatasan di Uraisy Mesir. Ketika aku
berjalan, aku melewati sebuah perkemahan dan aku mendengar seseorang
berdo’a :
Ya Allah, anugerahkan aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang
telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar
aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridloi. Dan masukkanlah aku dalam
rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shalih. ( An Naml :19)
Aku melihat orang yang berdo’a tersebut, ternyata ia sedang tertimpa
musibah. Dia telah kehilangan kedua tangan dan kedua kakinya, matanya
buta dan kurang pendengarannya.
Lalu aku mendatanginya dan berkata kepadanya : “Wahai hamba Allah, sungguh aku telah mendengar doamu tadi,ada apa gerangan?”
Kemudian orang tersebut berkata : “Wahai hamba Allah. Demi Allah
seandainya Allah mengirim gunung-gunung dan membinasakanku dan laut-laut
menenggelamkanku, tidak ada yang melebihi nikmat Tuhanku daripada lisan
yang berdzikir ini” .
Kemudian dia berkata: “Sungguh sudah tiga hari ini aku kehilangan
anakku. Apakah engkau bersedia mencarinya untukku? (Anaknya inilah yang
biasa membantunya berwudhu dan memberi makan)
Maka aku berkata kepadanya : “Demi Allah tidaklah ada yang lebih
utama bagi seseorang yang berusaha memenuhi kebutuhan orang lain,
kecuali memenuhi kebutuhanmu”.
Kemudian aku meninggalkannya untuk mencari anaknya. Tidak jauh
setelah berjalan, aku melihat tulang-tulang berserakan di antara bukit
pasir. Dan ternyata anaknya telah dimangsa binatang buas. Lalu aku
berhenti dan berkata dalam hati: “Bagaimana caraku kembali kepada
temanku, dan apa yang akan aku katakan padanya dengan kejadian ini? Aku
mulai berfikir. Maka aku teringat kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalam.
Setelah aku kembali, aku memberi salam kepadanya.
Dia berkata: Bukankah engkau temanku?
Aku katakan : “Benar”.
Dia bertanya lagi: Apa yang selama ini dikerjakan anakku?
Aku berkata: “Apakah engkau ingat kisah Nabi Ayyub?”
Dia menjawab: “Ya”.
Aku berkata : “Apa yang Allah perbuat dengannya?”
Dia berkata: “Allah menguji dirinya dan hartanya”
Aku katakan :”Bagaimana dia menyikapinya?”
Dia berkata: “Ayyub bersabar”.
Aku katakan :”Apakah Allah mengujinya cukup dengan itu?
Dia menjawab :”Bahkan kerabat yang dekat dan yang jauh menolak dan meninggalkannya”
Lalu aku berkata : “Bagaimana dia menyikapinya?.
Dia berkata : Dia tetap sabar. Wahai hamba Allah, sebenarnya apa yang engkau inginkan?.
Lalu aku berkata : “Anakmu telah meninggal, aku mendapatkannya telah dimangsa binatang buas di antara bukit pasir”
Dia berkata : “Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan dariku keturunan yang dapat menjerumuskan ke neraka”
Lalu dia menarik nafas sekali dan ruhnya keluar.
Aku duduk dalam keadaan bingung apa yang aku kulakukan, jika aku
tinggalkan, dia akan dimangsa binatang buas. Jika aku tetap berada
disampingnya, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Ketika dalam keadaan
tersebut, tiba-tiba ada sekelompok kafilah yang mendatangiku.
Para perampok itu berkata: Apa yang terjadi? Maka aku ceritakanlah
apa yang telah terjadi. Mereka berkata: Bukakan wajahnya kepada kami!
Maka aku membuka wajahnya lalu mereka memiringkannya dan mendekatinya
seraya berkata : Demi Allah, Ayahku sebagai tebusannya, aku menahan
mataku dari yang diharamkan Allah dan Demi Allah, ayahku sebagai
tebusannya, tubuh orang ini menunjukkah bahwa dia adalah orang yang
sabar dalam menghadapi musibah.
Lalu kami memandikannya, mengkafaninya dan menguburnya. Kemudian aku
kembali ke perbatasan. Lalu aku tidur dan aku melihatnya di mimpi dalam
keadaan sehat. Aku berkata kepadanya : Bukankah engkau sahabatku?. Dia
berkata : Benar. Aku berkata: Apa yang Allah lakukan terhadapmu?. Dia
berkata : Allah telah memasukkanku ke dalam surga dan berkata kepadaku
“keselamatan atasmu berkat kesabaranmu” (QS. Ar-Ra’d : 24). Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d :
28)
Dari ceramah Syaikh Abu Ishaq Al Huwainy yang berjudul Jannatu Ridho fit Taslim Lima Qodarollah wa Qodho
Senin, 27 Januari 2014
09.46
Resonansi Qalbu
Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu'alaikum warakhmatullahi wabarakaatuh...
> Siapa yang mempelajari Al-Qur'an, besar harga dirinya.
> Siapa yang mempelajari hadits, tinggi martabatnya.
> Siapa yang mempelajari bahasa, lembut hatinya.
> Siapa yang mempelajari ilmu hisab, tajam pandangannya.
> Siapa yang tidak memelihara dirinya, tidak berarti ilmunya.
- Allahu'alam -
(Imam Asy-Syafi'i)
"Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lainnya di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak."
(HR. Muslim)
"Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah
akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa
yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya
di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim,
pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong
saudaranya." (HR. Muslim)
Hendaklah kalian banyak mengingat Allah karena itu adalah obat penyakit hati. Janganlah menggunjing orang lain karena itu hanyalah penyakit. (Umar bin Khattab)
Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya
-Khalifah Ali bin Abi Talib-
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau
menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu
kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan.
-Khalifah Ali bin Abi Talib-
Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan
kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya
terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar
kepekaannya terhadap kehormatan dirinya.
-Khalifah Ali bin Abi Talib-
Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau
tindakan, sampai bila-bilapun dia tidak akan menjadi orang yang berani.
-Khalifah Ali bin Abi Talib-
Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta, dan rasa hormat.
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang
adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka
keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang,
maka seluruh permasalahan akan rusak.
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-
Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak mau mencari sahabat dan orang
yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah
dicari.
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-
Perkataan sahabat yg jujur lebih besar harganya daripada harta benda yg diwarisi darinenek moyang.
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-
Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang
yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah
dicari
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-
ABU BAKAR :
1. Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub kerana suatu
perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia
melepaskan perhiasan itu.
2. Semoga aku menjadi pohon yang ditebang kemudian digunakan.
3. Dia berkata kepada para sahabat,”Sesungguhnya aku telah mengatur
urusan kamu, tetapi aku bukanlah org yg paling baik di kalangan kamu
maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka
ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!”
UMAR BIN KHATTAB :
1. Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya aku akan perintahkan
membawa seekor kambing, kemudian dipanggang untuk kami di depan pembakar
roti.
2. Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat
kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang
dia kehendaki.
3. Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di
atas tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah
lemah. Maka genggamkan (matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.
SAYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHA :
1. Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau sebagai Tuhan bagiku dan
cukuplah bila aku bangga bahawa aku menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku
sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku taufik
sebagaimana yang Engkau cintai.
2. Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu
diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit
amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?
3. Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
4. Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada
kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau
tidak ada perhatian untuknya.
UMAR BIN AZIZ :
1. Orang yang bertakwa itu dikekang.
2. Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.
3. Kemaafan yang utama itu adalah ketika berkuasa.
SUFFIAN AS THAURI :
1. Tidak ada ketaatan bagi kedua ibu-bapa pada perkara syubhat.
2. Sesungguhnya seorang lelaki itu berharta bila dia zuhud di dunia, dan
sesungguhnya seorang itu adalah fakir bila dia gemar pada dunia.
3. Menuntut ilmu lebih utama daripada solat sunat.”
Akan kuberikan ilmu yang kumiliki kepada siapapun, asal mereka mau memanfaatkan ilmu yang telah kuberikan itu. (Imam Syafi’i)
Jangan sampai ayam jantan lebih pandai darimu. Ia berkokok di waktu subuh, sedang kamu tetap lelap dalam tidur. (Lukman Hakim).
Apabila secara kebetulan kamu menjadi orang yang dekat dengan penguasa,
maka berhati-hatilah kamu seolah-olah kamu sedang berdiri di atas pedang
yang tajam sekali. (Imam Ghozali)
Aku tak suka memakai baju baru, hal itu kulakukan karena aku takut
timbul iri hati tetangga-tetanggaku. (Abu Ayub as-Sakhtayani).
Allah telah memberikan petunjuk kepadaku sehinga aku bisa mengenali
diriku sendiri dengan segala kelemahan dan kehinaanku. (Ali BinAbu
Thalib).
Andaikata seseorang mau memikirkan kebesaran Allah, maka ia takkan
sampai hati untuk melakukan perbuatan perbuatan dosa. (Bisyir)
Sifat rendah hati, yaitu taat dalam mengerjakan kebenaran dan menerima
kebenaran itu yang datangnya dari siapapun. (Fudlail bin Iyadl).
Dalam shalatku selama 40 tahun, aku tak pernah lupa mendo’akan guruku
yang bernama Imam Syafi’i. Itu kulakukan karena aku memperolah ilmu dari
Allah lewat beliau. (Yahya bin Said al-Qathan).
Orang yang beramal tanpa didasari ilmu, maka amalnya akan sia-sia belaka, karena tidak diterima oleh Allah. (Ibnu Ruslan).
Fikiran merupakan sumber dari ilmu, sedang ilmu itu sendiri merupakan sumber amal. (Wahb).
Orang yang mengerti ilmu fikih berarti ia bisa makrifat kepada Allah
dengan ilmunya menyebabkan ia kenal kepada-Nya. Bahkan dengan ilmunya ia
bisa mengajar orang lain sampai pandai.
(Syeikh Izzuddin bin
Abdussalam).
Jangan berteman yang hanya mau menemanimu ketika kamu sehat atau kaya,
karena tipe teman seperti itu sungguh berbahaya sekali bagi kamu
dibelakang hari.(Imam Ghozali).
Jika ada musuh yang bisa mendekatkan kamu kepada Allah, maka hal itu
lebih baik dari pada teman akrab yang menjauhkan kamu dari Allah. (Abul
Hasan as-Sadzili).
Orang yang bijak tidak akan terpeleset oleh harta, dan meski terpeleset,
ia akan tetap mendapatkan pegangan. (Abdullah bin Abbas).
Berfikir sesaat sungguh lebih mengesankan ketimbang mengerjakan shalat sepanjang malam. (Hasan Bashri).
Hal-hal yang bisa menyebabkan badan lemah antara lain sebagai berikut:
Banyak makan makanan yang rasanya masam, sering bersedih, banyak minum
air tetapi tidak makan sesuatu, serta sering melakukan hubungan seksual.
(Imam Ghazali).
Barang siapa tidak mencintai untuk agama dan membenci untuk agama, maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya ia tidak memiliki agama. (Abu Abdilah al-
Shdiq).
Berhati-hatilah dari berteman dengan : Ulama yang bersikap tak peduli,
pecinta ajaran sufi yang bodoh serta pemimpin-pemimpin yang lalai. (Sahl
bin Abdullah).
Inginkan sesuatu dengan bakat yang kau miliki, dan jangan menginginkan
sesuatu sesuai dengan nafsu atau seleramu. (Lukman Hakim).
Bagi orang berilmu yang ingin meraih kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat, maka kuncinya hendakalah ia mengamalkan ilmunya kepada
orang-orang. (Syaikh Abdul Qodir Jailani).
Merenungkan tentang nikmat Allah sungguh merupakan salah satu ibadah yang utama
. (Umar bin Abdul Azis).
Teman yang tidak membabantu kesulitan seperti halnya musuh. Tanpa saling
membantu maka hubungan teman tak akan lama. Telah kucari teman sejati
dalam setiap masa, akan tetapi usahaku itu siasia belaka. (Imam Syafií).
Sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit kesenangan merupakan ciri-ciri
orang yang dicintai oleh Allah. (Abu Bakar bin Abdullah Al-Muzani).
Barang siapa senang menjadi pemimpin, maka ia tidak akan mendapat kemenagan untuk selama-lamanya. (Fudhail bin Iyadh).
Siapa yang pada hari ini hanya memikirkan dirinya sendiri maka pada esok
iapun akan memikirkan dirinya saja. Lebih dari itu, siapa yang pada
hari ini memikirkan Allah maka besok ia akan selalu memikirkan Allah
pula. (Abu Sulaiman).
Bersikap sabar kepada kawan yang berbuat jelek kepadamu sungguh lebih
baik dari pada mencacinya. mencaci lebih baik dari pada memutuskan
talisilaturahmi. Dan memutuskan tali silaturahmi lebih baik dari pada
bertengkar. (Seorang Ulama).
Allah tidak memberi kekuatan terhadap orang-orang alim lewat suatu
paksaan, akan tetapi Allah menguatkan mereka lewat pintu iman. (Sahl
Ibnu Abdullah).
Ketahuilah olehmu, sesungguhnya akal hanya merupakan sesuatu alat untuk
mencapai segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan hamba atau
manusia, bukan untuk mencapai Allah. (Ibnu Atha).
Jika seseorang mati dalam keadaan punya hutang, padahal orang itu mampu
membayarnya ketika masih hidup di dunia, maka kebahagiaannya akan
diambil dan diberikan kepadanya dosa orang yang di hutanginya, lalu ia
dijebloskan ke neraka. Namun, jika memang tidak mampu membayarnya, maka
hanya kebaikannya saja yang diambil, lalu diberikan kepada pihak yang
dihutangi. sedang dosa si pemberi hutang tidak diberikan kepada orang
yang berhutang. (Ibnu Abdusalam).
Jalan yang diajarkan syariát islam adalah jalan yang paling tepat dalam
pengerjaan ibadah kepada Allah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah istiqomah dalam mengerjakan perintah-perintahnya dan menjauhi
larangannya. (Abdu Khodir jailani).
Hendaklah kamu tetap berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu. (Lukman Hakim).
Kebahagiaanku jika mati sebelum baligh lalu aku dimasukkan kedalam
syurga, tidak sebahagia jika aku hidup sampai tua dalam keadaan mengenal
Allah yaitu yang paling bertaqwa, rajin mengerjaklan ibadah serta
menerima apa apa yang telah di berikan Allah kepadaku. (Ali bin Abu
Tholib).
Jika Allah bersamamu, maka jangan takut kepada siapa saja, akan tetapi
jika Allah sudah tidak lagi bersamamu, maka siapa lagi yang bisa
diharapkan olehmu? (Hasan al Banna).
Barang siapa tidak peduli terhadap nasib agama, berarti ia tidak punya
agama, barang siapa yang semangatnya tidak berkobar-kobar jika agama
Islam ditimpa suatu bencana, maka Islam tidak butuh kepada mereka. (Imam
al-Ghazali).
Ilmu menginginkan untuk diamalkan. Apabila orang mengamalkannya, maka
ilmu itu tetap ada. Namun sebaliknya, jika tidak diamalkan, maka ilmu
akan hilang dengan sendirinya. (Sufyan ats-Tsauri).
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu yang bisa melahirkan rasa takut
kepada Allah adalah ilmu yang paling baik. (Ibnu Athaillah
as-Sakandari).
Bekerjalah untuk keperluan makanmu. Sedang yang paling baik bagi kau
yaitu bangun di tengah malam dan berpuasa di siang hari. (Ibrahim bin
Adham).
Jalan apa saja yang ditempuh seseorang dalam mengerjakan ibadah adalah
sesaat kecuali jalan yang ditempuh oleh Muhammad SAW. Dalam pada itu,
siapapun yang tidak mengikuti petunjuk kitab suci Al-Qurán dan hadits
nabi, maka janganlah ia mengikuti pendapatku. Hal itu karena pendapatku
berasal dari Qurán –Hadits. (Imam al-Junaid).
Orang yang tidak percaya bahwa Allah telah menjamin rezekinya, maka ia akan mendapat laknat dari Allah. (Hasanal-Bashri).
Dzikir seperti halnya jiwa dari semua amal, sedang keutamaan dan kelebihan dzikir tidak bisa dibatasi. (AL-Qusyairi).
Orang-orang yang tidak mengikuti keinginan-keinginan hawa nafsunya, maka
tidak akan mendapat pujian dari orang banyak. (Imam al-Ghazali).
Barang siapa tidak meghargai nikmat, maka nikmat itu akan diambil dalam keadaan ia tidak mengetahuinya. (Siriy Assaqathi).
Mengerjakan sesuatu sesuai dengan ketentuan hukum syara’ berarti menuju
jalan kebahagiaan baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Dan hendaklah
kamu merasa takut jika kamu berpisah dengan orang-orang yang ahli di
bidang agama. (Syaikh Abdul Qadir Jailani).
Saya merasa heran kepada orang-orang yang mengerjakan shalat subuh
setelah matahari terbit. Lalu bagaimana mereka diberi rezeki. (Ulama
Shalaf).
Para pembuat peti jenasah mengira bahwa tidak ada yang lebih busuk
melebihi mayat orang-orang yang beriman. Bahkan diterangkan oleh Allah :
Perut ulama jahat sungguh lebih busuk baunya dari itu. (Al-Auzaí).
Orang yang hanya sehari-harinya hanya sibuk mencari uang untuk
kesejahteraan keluarganya, maka mustahil ia mendapat ilmu pengetahuan.
(Imam Syafií).
Manisnya akhirat mustahil diraih oleh orang-orang yang suka terkenal di mata manusia. (Bisyir).
Dengan pengalaman akan bertambah ilmu pengetahuannya, dengan berdzikir
menyebabkan bertambah rasa cinta dan dengan berfikir akan menambah rasa
taqwa kepada Allah. (Hatim).
Aku akan mencari ilmu hanya karena Allah, dan aku tidak akan mencari jika untuk selain Allah
. (Imam al-Ghazali).
Berfikir merupakan cermin untuk melihat apa-apa yang baik dan yang buruk pada dirimu. (Fudhail).
Ketahuilah bahwa satu majelis ilmu bisa menghapus dosa 70 majelis yang tidak ada gunanya.
(Atha’bin Yassar).
Kulupakan dadaku dan kubelenggu penyakit tamakku, karena aku sadar bahwa sifat tamak bisa melahirkan kehinaan. (Imam Syafií).
Biasakan hatimu untuk bertafakur dan biasakan matamu dengan sering menangis. (AbuSulaiman ad-Darani).
Setiap manusia hendaknya memperhatikan waktu dan sekaligus mengutamakannya.
(Umar bin Utsman al-Maliky).
Apabila kamu melihat seseorang sedang memanjatkan doá kepada Allah,
tetapi disisi lain perbuatannya tidak sesuai dengan hukum syara’, maka
jauhilah orang itu. (Abdul Qasim an-Nawwawi).
Kuakui bahwa dosaku banyak sekali. Tapi, aku sadar, sesungguhnya rahmat
Allah lebih luas dan lebih besar dari dosa-dosaku. (Abu Nawas).
Jika kamu berhadapan dengan gurumu, sesungguhnya secara hakikat kamu
sedang berhadapan dengan rasul. Sadar akan hal itu, maka hormatilah
gurumu. (Sebagian Ulama).
Setiap kamu adalah pemimpin, yaitu : Pemimpin terhadap diri dan
keluarganya, pemimpin terhadap masyarakat dan bangsanya.(
Mousthafaal-Gholayaini).
Pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan umat, sedang
pengkhianat yang paling keji yaitu pengkhianatan pemimpin. (Ali bin Abu
Thalib).
Berteman dengan orang yang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa
nafsunya sungguh lebih baik bagi kamu ketimbang berteman dengan orang
alim tapi suka terhadap nafsuya. (Ibnu Athaillah as-Sakandari).
Siapa takut kepada Allah, maka tidak hidup marahnya, Siapa yang bertaqwa
kepada-Nya, niscaya tidak mengerjakan sesukanya. (Umar bin Khathhab).
karena aku merasa malu jika mengaku sebagai umatnya padahal hidupku penuh dengan perbuatan dosa. (Muhammad Iqbal).
Hendaklah kamu menjauhi keramaian orang banyak atau berúzlah,. Katakan demikian, karena orang banyak bisa
menyebabkan kamu berpaling dari Allah serta mendorong kamu untuk berbuat dosa.
(Sayyid Bakri al-Maliki).
Yang disebut orang sufi, yaitu orang yang hatinya bersih dan selalu mengingat Allah. (Basyar bin al-Harits).
Tidak ada suatu kebahagiaan bagi ornag-orang muslim setelah mereka
memeluk Islam, seperti kebahagiaan mereka ketika itu. (Anas r.a.).
Telah kurangkum pendapat 70 orang shiddiqin. Mereka sebagaian besar
berpendapat bahwa banyak minum bisa menyebabkan banyak tidur. (Ibrahim
bin Khawwas).
Aku tidak pernah melihat orang yang berakal, melainkan kutemukan dia takut kepada mati dan merasa susah dengannya. (Hasan).
Aku tidak pernah berdialog dengan seseorang dengan tujuan aku lebih senang jika ia berpendapat salah. (Imam Syafií).
Barang siapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada
sebuah kebahagiaanpun baginya di sis Allah. (Adh-Dhahhak).
Orang yang cinta kepada Allah akan minum dari gelas kecintaan dan bumi
menjadi sempit baginya. Ya, dia mengenal Allah dengan penuh ma’rifat
kepada-Nya, tenggelam di samudra rindu kepada-Nya dan merasa asyik
bermunajat kepada-Nya. (Asy-Syubali).
Aku suka mendoákan saudara-saudaraku sebanyak 70 orang, dan nama-nama
mereka kusebut satu persatu dalam panjatan doáku itu. (Abu Darba).
Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi
bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang
bertaqwa. (Imam Syafií).
Orang orang terdahulu jika pergi kerumah gurunya, maka mereka senantiasa
memberi sesuatu untuk minta berkah. Bahkan mereka selalu
menyenandungkan doá seperti ini: wahai Allah!”Ampunilah semua kesalahan
guruku terhadapku, dan jangan sekalai-kali engkau menghilangkan berkah
ilmunya untukku. (Sebagaian Ulama).
Jika aku mandapat ampunan dari Allah, maka hal itu merupakan rahmat yang
sangat besar dari-Nya. Tetapi, jika sebaliknya, maka aku tidak akan
mampu berbuat apapun. (Abu Nawas).
Pangkal dari seluruh kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah.
(Abu Sulaiman Addarani).
Orang yang ma’rifat kepada Allah, maka ia terikat dengan cintannya,
hatinya bisa melihat dan amal ibadahnya selalu bertambah banyak
kepada-Nya. (Dzinnun al-Mishry).
Siapa yang memenuhi hatinya dengan kewaspadaan dan keikhlasan, maka
Allah akan menghiasi badannya sebagai pembela agama dan menjadikan
hadits sebagai pedoman hidup.
Yang disebut dengan teguh hati adalah memegang dengan sungguh-sungguh
apa-apa yang dibutuhkan oleh kamu dan membuang yang selain itu. (Aktssam
bin Shaifi).
Orang yang terkaya yaitu orang yang menerima pembagian Allah dengan rasa senang. (Ali bin Husein).
Kerjakan apa saja yang telah menjadi hak dan kewajibanmu, karena kebahagiaan hidupmu terletak di situ. (Musthafa al-Gholayani).
Ada dua hal tidak tertandingi kejelekannya, yaitu: Berbuat syirik dan
membuat rugi umat Islam. Begitu pula, terdapat dua perkara yang tidak
tertandingi kebaikannya, ialah : Beriman kepada Allah, serta memberi
manfaat kepada umat Islam. (Kanjeng Nabi).
Pedagang yang berhati lemah takkan pernah untung ataupun rugi. Malah ia
rugi. Ya, seseorang harus menyalakan api supaya memperoleh cahaya.
(Jalaludin Rumi).
Aku membaca sebagian kitab kuno, yang kandungannya ialah : Bahwasannya
sebagian hal yang dipercepat siksaannya dan tak dapat ditunda adalah
amanat itu dikhianati , kebaikan ditutupi, keluarga diputuskan dan
meninds manusia. (Kholid ar-Robaí).
Memerintah atau mengawasi diri sendiri jauh lebih sulit dan lebih baik
dari pada memerintah dan mengawasi sesuatu negeri. (Ibrahim bin Adham).
Ciri-ciri ulama akhirat antara lain: dia sangat berhati-hati dalam
memberi fatwa, bahkan bersikeras untuk tidak bertaqwa sama sekali.
Apabila ditanya oleh orang tentang segala sesuatu yang diketahui baik
yang bersumber dari Al Qurán, hadits, ijma’dan kiyas, maka ia
menjelaskan sesuai dengan kemampuannya. Sebaliknya, jika ia tidak
mengetahui secara pasti, maka dengan jujur ia berkata : aku tidak tahu.
(Imam al-Ghazali).
Hati-hatilah terhadap senda gurau, karena tidak sedikit bahaya yang
terdapat didalamnya. Berapa banyak senda gurau anatara dua sahabat yang
berakhir pada perkelahian.
Dunia adalah perniagaan, pasarnya ialah menyendiri, modalnya adalah taqwa, dan labanya adalah surga. (Aku Sulaiman ad-Darani).
Kehidupan seorang mukmin ibarat matahari, terbenam di suatu wilayah
untuk terbit di wilayah lainnya. Dia selalu bersinar dan hidup serta tak
pernah terbenam selamanya. (Muhammad Iqbal).
Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi
hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu
dari larangan-Nya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu
setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu
harus berjuang melawannya dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan
bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. (Syeikh Abdul
QadirJailani).
Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan adalah akhlak ular. Kebajikan
yang dibalas dengan kejahatan adalah akhlak buaya. kebajikan yang
dibalas dengan kebajikan adalah akhlak anjing. Kejahatan yang dibalas
dengan kebajikan itulah akhlak manusia. (Nasirin).
Saya tidak bangga dengan keberhasilan yang tidak saya rencanakan
sebagaimana saya tidak akan menyesal atas kegagalan yang terjadi di
ujung usaha maksimal. (Harun Al Rasyid)
Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu menjaga engkau dan engkau
menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu
akan berkurang jika dibelanjakan tetapi ilmu akan bertambah jika
dibelanjakan. (Ali bin Abi Thalib ra)
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah
pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman
itu haruslah dikembalikan. (Ibnu Mas’ud)
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh
karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika
niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. (Imam An Nawawi)
Memohonlah kepada Allah supaya memperbaiki hati dan niatmu, karena tidak
ada sesuatu yang paling berat untuk kau obati selain keduanya. Ketika
hatimu sedang menghadap (Allah) maka seketika mungkin untuk berpaling,
maka ketika menghadap itulah engkau harus merampasnya supaya tidak
berpaling.
(Uwais al Qarni/ Bahjatul Majalis, Ibnu Abdil Barr)
Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk
tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati
apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk
memasukinya. (Malik bin Dinar/Hilyatul Auliyaa’)
Allah SWT memerintahkan kita untuk mau berpikir tentang penciptaan-Nya
yang begitu menakjubkan, rumit, dan kompleks. Namun semua itu telah
Allah SWT tundukan untuk kita. Ini sebagai tanda bahwa manusia memiliki
kemampuan (dari Allah) untuk menundukan apa yang ada di langit dan di
bumi. (MI)
Pelajarilah Ilmu, karena mempelajarinya karena Allah adalah khasyah,
Menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah Tasbih, mencarinya
adalah Jihad, Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah
Shadaqah, menyerahkan kepada ahlinya adalah Taqarrub. Ilmu adalah teman
dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian. (Muadz bin Jabal
ra)
Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi
tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada
Allah. (Syeikh Ibnu Athaillah As-Sakandar)
Aku tahu rizkiku tidak dimakan orang lain, karenanya hatiku tenang. Aku
tahu amalan-amalanku tidak mungkin dilakukan orang lain, maka aku
sibukkan diriku dengan beramal. Aku tahu Allah selalu
melihatku,karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat.
Aku tahu kematian menantiku, maka aku persiapkan bekal tuk berjumpa
dengan Rabb-ku. (Hasan Al-Basri)
Kebenaran tidak diukur dengan banyaknya orang yang mau melakukannya,
namun kebenaran adalah apa saja yang mencocoki Al-Qur’an dan As-Sunnah
dengan pemahaman salafus salih. (Anisya LM)
Bahaya kepandaian adalah berbuat sekehendak hati. Bahaya keberanian
adalah melampaui batas. Bahaya toleransi adalah menyebut-nyebut
kebaikannya. Bahaya kecantikan adalah sombong. Bahaya ucapan adalah
dusta. Bahaya ilmu adalah lupa. Bahaya pemurah adalah berlebih-lebihan
(Tengku Abdul Wahab)
Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang
terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan
sebaik-baiknya dan jika engkau punya tugas selesaikanlah segera” (Hasan
Al-Banna)
*
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan
seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang
maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran
hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
Khalifah ‘Ali
*
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.
Ibnu Mas’ud
*
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu.
Khalifah ‘Ali
*
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.
Khalifah ‘Umar
*
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh
karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika
niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk.
Imam An Nawaw
*
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang
lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua
pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa.
Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan
yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk
rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
Khalifah ‘Umar
*
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari.
Bediuzzaman Said Nursi
*
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.
Bediuzzaman Said Nursi
*
Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam
segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan
seluruh kegiatan itu mandeg.
Bediuzzaman Said Nursi
*
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.
Bediuzzaman Said Nur
*
Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti
memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik
mendapatkan kenikmatan dari hidup.
Kata Mutiara Islam tentang Dunia
“Dunia ini ibarat bayangan:
kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa menangkapnya; balikkan badanmu
darinya dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu.” – Ibnu
al-Qayyim
“Kehilangan waktu itu lebih sulit daripada kematian,
karena kehilangan waktu membuatmu jauh dari Allah dan Hari Akhir,
sementara kematian membuatmu jauh dari kehidupan dunia dan penghuninya
saja.” – Ibnu al-Qayyim
“Dunia ini hanya terdiri atas tiga hari:
Kemarin, ia telah pergi bersama dengan semua yang menyertainya. Besok,
engkau mungkin tak akan pernah menemuinya. Hari ini, itulah yang kau
punya, jadi beramallah di sana.” – Hasan al Bashri
“Dan
demikianlah rahasia dunia ini. Jika engkau membuang cinta dunia dari
hatimu, dunia akan tersedia untuk engkau ambil. Engkau bisa memiliki
dunia karena ia berada di tanganmu dan bukan di dalam hatimu.” – Hamzah
Yusuf
“Setiap dan semua bagian dari dunia ini adalah perangkap bagi yang jahil dan perangkat kebahagiaan bagi yang bijak.” – Rumi
“Ketika
cinta atas dunia memasuki hati, takut akan Akhirat akan keluar darinya.
Berhati-hatilah dengan godaan dunia, karena tidak seorang hambapun yang
membuka sebuah pintu dunia ini tanpa tertutupnya beberapa pintu Akhirat
baginya.” Hasan al Bashri
“Kita membangun kehidupan dunia ini
dengan merobek-robek agama kita. Pada akhirnya, baik agama maupun dunia
yang kita bangun tak lagi bersisa.” – Ibrahim bin Adham
“Jika saja
dunia ini dijual di pasar, aku tak akan membelinya
seharga sepotong
roti karena semua permasalahan yang dimilikinya.” – Imam asy Syafi’i
“Dunia
ini hanyalah kehancuran; lebih hancur lagi hati yang bekerja untuknya.
Akhirat itu tumbuh; lebih berkembang lagi hati yang bekerja untuknya.” –
Tak diketahui
Mutiara Al Qur’an tentang Kehidupan Dunia
“Kehidupan
dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka
memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang
bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah
memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” –
Al Baqarah (2:212)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.” – Ali Imran (3:185)
“Kesenangan di
dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang
yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” – An Nisaa’ (4:77)
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan
dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi
subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan
itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” – Al Kahfi (18:45)
“Mereka hanya
mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai.” – Ar Rum (30:7)
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.” – Al hadid (57:20)
05.56
Resonansi Qalbu
KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA
Melacak sejarah masuknya Islam ke Indonesia bukanlah urusan mudah. Tak banyak jejak yang bisa dilacak. Ada
beberapa pertanyaan awal yang bisa diajukan untuk menelusuri kedatangan
Islam di Indonesia. Beberapa pertanyaan itu adalah, darimana Islam
datang? Siapa yang membawanya dan kapan kedatangannya?
Ada
beberapa teori yang hingga kini masih sering dibahas, baik oleh
sarjana-sarjana Barat maupun kalangan intelektual Islam sendiri.
Setidaknya ada beberapa teori yang menjelaskan kedatangan Islam ke Timur
Jauh termasuk ke Nusantara.
1. Teori Pertama, diusung oleh Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara.
Dalam L’arabie et les Indes
Neerlandaises, Snouck mengatakan teori tersebut didasarkan pada
pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada dalam
Islam pada masa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Snouck juga
mengatakan, teorinya didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah Nusantara dengan daratan India.
2. Teori kedua, adalah Teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islam datang di Nusantara. Teori ini
berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok
masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Misalnya saja tentang
peringatan 10 Muharam yang dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya
Hasan dan Husein, cucu Rasulullah. Selain itu, di beberapa tempat di
Sumatera Barat ada pula tradisi
Tabut, yang berarti keranda, juga untuk memperingati Hasan dan Husein.
Ada pula pendukung lain dari teori ini yakni beberapa serapan bahasa
yang diyakini datang dari Iran. Misalnya jabar dari zabar, jer dari
ze-er dan beberapa yang lainnya.
Teori ini menyakini Islam masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Dan wilayah pertama yang dijamah adalah Samudera Pasai.
Kedua teori di atas mendatang kritikan yang cukup signifikan dari teori ketiga, yakni Teori Arabia.
Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datang
langsung dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada
abad ke-12 atau 13, melainkan pada awal abad ke-7. Artinya, menurut
teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal abad hijriah, bahkan pada
masa khulafaur rasyidin memerintah. Islam sudah mulai ekspidesinya ke Nusantara ketika sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul mukminin.
A. Kondisi Dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Lambat
laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara
besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara,
adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah
kerajaan Islam pertama di Indonesia
berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat
persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab
yang menyebarkan Islam.
Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim
dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M
menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun
peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M,
penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah
berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran
pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki
kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa
kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka,
Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini
berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para
pendatang Arab.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara
lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit,
Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam
mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti
halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan
jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan
politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar
menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Dengan
masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya
pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini,
perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin
erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang
terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut,
migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah
Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan
dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan
dengan pusat dunia Islam seakan terputus.
Terutama
di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin
Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena
berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali
para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di
Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang
kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui
mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat
Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun.
Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan
akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran
antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak
awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan
subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk
menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan
ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang
Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu
daerah. Dalam memerangi Islam mereka
bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu /
Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin,
maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin
kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah
pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah
pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu
membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M.
Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat,
yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya,
Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa,
yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan
kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum
muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam
tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami
keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada
kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra
Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah
terjangkiti gaya hidup Eropa.
Kondisi
seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal
ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang
penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan
tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit
melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil
ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan
syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda.
Sejak
perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka
(Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar,
Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon
(Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol),
dan Perang Aceh (Teuku Umar).
B. Munculnya Pemukiman-Pemukiman di Kota Pesisir
Sumber-sumber
literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7, sudah
berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di
perkampungan-perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan
menikah dengan penduduk lokal dan membentuk komunitas-komunitas Muslim.
Kian
tahun, kian bertambah duta-duta dari Timur Tengah yang datang ke
wilayah Nusantara. Seperti pada masa Dinasti Umayyah, ada sebanyak 17
duta Muslim yang datang ke Cina. Pada Dinasti Abbasiyah dikirim 18 duta
ke negeri Cina. Bahkan pada pertengahan abad ke-7 sudah berdiri beberapa
perkampungan Muslim di Kanfu atau Kanton.
Tentu saja, tak hanya ke negeri Cina perjalanan dilakukan. Beberapa catatan menyebutkan duta-duta Muslim juga mengunjungi Zabaj atau Sribuza atau yang lebih kita kenal dengan Kerajaan Sriwijaya.
Hal ini sangat bisa diterima karena zaman itu adalah masa-masa keemasan
Kerajaan Sriwijaya. Tidak ada satu ekspedisi yang akan menuju ke Cina
tanpa melawat terlebih dulu ke Sriwijaya.
Selain Sabaj atau Sribuza atau juga Sriwijaya disebut-sebut telah dijamah oleh dakwah Islam, daerah-daerah lain di Pulau Sumatera seperti Aceh dan Minangkabau
menjadi lahan dakwah. Bahkan di Minangkabau ada tambo yang mengisahkan
tentang alam Minangkabau yang tercipta dari Nur Muhammad. Ini adalah
salah satu jejak Islam yang berakar sejak mula masuk ke Nusantara.
Di saat-saat itulah, Islam telah memainkan peran penting di ujung Pulau Sumatera. Kerajaan Samudera Pasai-Aceh menjadi kerajaan Islam pertama yang dikenal dalam sejarah.
Selain
di Pulau Sumatera, dakwah Islam juga dilakukan dalam waktu yang
bersamaan di Pulau Jawa. Prof. Hamka dalam Sejarah Umat Islam
mengungkapkan, pada tahun 674 sampai 675 masehi duta dari orang-orang Ta
Shih (Arab) untuk Cina yang tak lain adalah sahabat Rasulullah sendiri
Muawiyah bin Abu Sofyan, diam-diam meneruskan perjalanan hingga ke Pulau
Jawa. Muawiyah yang juga pendiri Daulat Umayyah ini menyamar sebagai
pedagang dan menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu.
Ekspedisi ini mendatangi Kerajaan Kalingga
dan melakukan pengamatan. Maka, bisa dibilang Islam merambah tanah Jawa
pada abad awal perhitungan hijriah. Jika demikian, maka tak heran pula
jika tanah Jawa menjadi kekuatan Islam yang cukup besar dengan Kerajaan Giri, Demak, Pajang, Mataram, bahkan hingga Banten dan Cirebon.
Proses
dakwah yang panjang, yang salah satunya dilakukan oleh Wali Songo atau
Sembilan Wali adalah rangkaian kerja sejak kegiatan observasi yang
pernah dilakukan oleh sahabat Muawiyah bin Abu Sofyan.
Peranan
Wali Songo dalam perjalanan Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sangatlah
tidak bisa dipisahkan. Jika boleh disebut, merekalah yang menyiapkan
pondasi-pondasi yang kuat dimana akan dibangun pemerintahan Islam yang
berbentuk kerajaan. Kerajaan Islam di tanah Jawa yang paling terkenal
memang adalah Kerajaan Demak. Namun, keberadaan Giri tak bisa dilepaskan dari sejarah kekuasaan Islam tanah Jawa.
Sebelum Demak
berdiri, Raden Paku yang berjuluk Sunan Giri atau yang nama aslinya
Maulana Ainul Yaqin, telah membangun wilayah tersendiri di daerah Giri, Gresik, Jawa Timur.
Wilayah ini dibangun menjadi sebuah kerajaan agama dan juga pusat
pengkaderan dakwah. Dari wilayah Giri ini pula dihasilkan
pendakwah-pendakwah yang kelah dikirim ke Nusatenggara dan wilayah Timur
Indonesia lainnya.
C. Cara Islamisasi Di Indonesia
Perjalanan dakwah awal Islam di Nusantara tak terbatas hanya di Sumatera atau Jawa saja. Hampir seluruh sudut kepulauan Indonesia telah tersentuh oleh indahnya konsep rahmatan lil alamin yang dibawa oleh Islam.
Ada beberapa contoh islamisasi di kepulauan Nusantara, seperti :
1. Islamisasi Kalimantan
Para
ulama awal yang berdakwah di Sumatera dan Jawa melahirkan kader-kader
dakwah yang terus menerus mengalir. Islam masuk ke Kalimantan atau yang
lebih dikenal dengan Borneo kala itu. Di pulau ini, ajaran Islam masuk dari dua pintu.
Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo
adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam setelah Perlak
dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan penjajah Portugis kian membuat
dakwah semakin menyebar. Para mubaligh-mubaligh dan komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan.
Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang dikirim dari Tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan
ini menemui puncaknya saat Kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan
banyak mubaligh ke negeri ini. Perjalanan dakwah pula yang akhirnya
melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan ulama-ulamanya yang besar, salah
satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad al Banjari. (Baca: Empat Sekawan
Ulama Besar)
2. Islamisasi Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia,
sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas
motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan.
Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes
atau Sulawesi.
Menurut
catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat datang
ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di
beberapa daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus
berlanjut hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri
di Makassar.
Raja Goa
pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana
Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603. Sebelumnya,
dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang
bernama Tonigallo dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam.
Namun Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa kerajaannya
akan di bawah pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa
di masa Sultan Alaidin begitu terkenal karena pemahaman dan aktivitas
dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal, Datuk ri Bandang, datuk
Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari nama para
ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubaligh
asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar.
Pusat-pusat
dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan
perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng,
Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.
3. Islamisasi Maluku
Kepulauan
Maluku yang terkenal kaya dengan hasil bumi yang melimpah membuat
wilayah ini sejak zaman antik dikenal dan dikunjungi para pedagang
seantero dunia. Karena status itu pula Islam lebih dulu mampir ke Maluku
sebelum datang ke Makassar dan kepulauan-kepulauan lainnya.
Kerajaan
Ternate adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam masuk ke
wilayah ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi
Ternate pada tahun 1512, raja ternate adalah seorang Muslim, yakni
Bayang Ullah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi Islam di
kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup
luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram.
Ada
juga Kerajaan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja
Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Di tahun yang sama
berdiri pula Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
Islam dalam pemerintahannya.
4. Islamisasi Papua
Beberapa
kerajaan di kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya sampai di pulau
Papua menjadikan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini. Banyak
kepala-kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain
yang di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan. Pada periode ini
pula, berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala
suku di Pulau Papua memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain,
perkembangan Islam di pulau hitam ini bisa dibilang tak terlalu besar.
5. Islamisasi Nusa Tenggara
Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. Hubungan Sumbawa yang baik dengan Kerajaan Makassar
membuat Islam turut berlayar pula ke Nusa Tenggara. Sampai kini jejak
Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar
yang terletak di kota
Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk
Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak
mula.
Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
Dengan data dan perjalanan Islam di atas, sesungguhnya bisa ditarik kesimpula, bahwa Indonesia adalah negeri Islam. Bahkan, lebih jauh lagi, jika dikaitkan dengan peran Islam di berbagai kerajaan tersebut di atas, Indonesia telah memiliki cikal bakal atau embrio untuk membangun dan menjadi sebuah negara Islam.
Langganan:
Postingan (Atom)