REPUBLIKA.CO.ID, Yusuf Ali Bernier merupakan mualaf dari Kanada.
Sebelum menjadi Muslim, hidupnya lekat dengan gereja. Pelayanan gereja
terutama ritual berulang , bernyanyi , dan doa kepada Yesus atau Maria
atau Tuhan dan kadang-kadang orang-orang kudus menjadi hal-hal yang
mengiringi pertumbuhan Yusuf.
Ia biasa duduk dengan bingung membaca Alkitab sembari merekam dalam tape recorder. Setelah selesai, Ia akan memutar rekaman kembali dengan harapan menangkap makna dari apa yang baru saja dibacanya. Namun, cara itu tak juga membantunya memperoleh apa yang ia cari.
Pada suatu hari, ia menyaksikan khotbah di televisi dimana acara tersebut memerintahkan pemberian Alkitab gratis dan menyumbangkan sebanyak yang bisa dilakukan ( yang tidak bisa banyak dilakukan anak laki-laki sepuluh tahun ) kepada penginjil televisi. Ganjarannya Ia akan menerima surat terima kasih dan berkat dan yang membuat saya merasa baik .
Hal itu berlangsung selama satu tahun atau lebih sampai akhirnya Ia menjadi terlalu frustrasi, kehilangan, dan bosan dengan seluruh proses. Bukannya mengerti, Yusuf malah semakin bingung memahami arti yang ada di dalam injil.
"Aku memiliki Alkitab di lemari laci dan saya hanya akan menyebutnya sesekali pada saat saya remaja. Aku menerima kenyataan bahwa aku tidak akan pernah benar-benar memahami Alkitab. Artinya , ironisnya , sampai nanti ketika saya menjadi Muslim. Saat itulah aku mulai mendapatkan pemahaman yang lengkap itu," jelasnya, seperti dilansir dari Onislam, Selasa (14/1).
Apa yang membuat Ia bingung dengan Injil adalah kontradiksi antara kitab tersebut dan apa yang telah diajarkan oleh para imam dan pendidik agamanya. Ia menemukan bahwa hampir setiap aspek keyakinannya terguncang atau tidak masuk akal sama sekali setelah mengacu pada Injil.
Ia merasa inti dari imannya yang telah dipelajari adalah palsu. Hal tersebut membawa dirinya ke titik di mana pesimis dan sinis terhadap agama. Akhirnya saat remaja, Ia pun seperti mengejek Agama yang diyakininya dengan pergi gereja sembari mengunyah permen karet dan setengah hati berpartisipasi dalam pelayanan.
Ia akan bersuara pada saat menyebutkan Tuhan atau Yesus. Ia tidak tahu apa yang bisa dipercaya lagi. Satu-satunya hal yang Ia yakini adalah bahwa Tuhan itu ada. Semua kebingungan dan kekecewaannya dari usia sepuluh tahun akhirnya memicu mencari Kebenaran dan akhirnya membawanya ke agama yang disebut Islam.
Pertemuan pertamanya dengan orang-orang Muslim adalah melalui transaksi bisnis. Hangat dan murah hati keramahan mereka memenangkan hatinya. Ia juga tergelitik dengan orang Muslim yang setia dengan Allah dalam ungkapan-ungkapan seperti Alhamdulillah (semua Segala puji bagi Allah ) dan Insya Allah ( Insya Allah ).
Ia tidak pernah melihat orang-orang dalam keadaan iman yang kuat seperti ini sebelumnya. Yusuf menemukan Kebaikan, kemurahan hati dan sifat belas kasih mereka adalah sebuah bagian dari seorang Muslim. Hal ini lantas mendorongnya ingin menjadi seperti mereka.
"Ini adalah apa yang menarik dari orang-orang Islam , ini adalah apa yang membuat saya tertarik terhadap Islam," ujarnya.
Setelah peristiwa tersebut, Ia mulai mempelajari dasar-dasar Islam. Semakin Ia belajar, Yusuf semakin ingin tahu. Ia mempelajari Islam melalui buku-buku yang ditulis oleh umat Islam dan juga membaca terjemahan Al-Quran. Ketika itu, hanya beberapa orang yang tahu bahwa Ia sedang belajar Islam.
Ia beralasan karena tidak ingin ada campur tangan dari umat Islam dan terutama dari teman-teman Kristen dan Yahudinya. "Saya tahu bahwa jika ada yang membimbing dan membantu saya dalam pencarian kebenaran adalah Allah," jelasnya.
Seiring waktu berlalu , pengetahuannya berkembang menjadi alam Kebenaran sampai sekarang tanpa sepengetahuan saya . Islam menjadi kekuatan yang kuat seperti magnet menarik dirinya lebih dekat dan lebih dekat untuk itu.
Allah adalah satu-satunya hal dipikirkannya ketika melayang tidur dan pikiran pertama ketika terbangun. Islam membangun intelektual serta hatinya dan Ia menjadi begitu semangat tumbuh untuk itu.
Baca Quran
Ia akhirnya belajar Surat Al - Ikhlas meskipun belum Muslim. Ia mulai mengajar diri untuk berdoa dengan menggunakan buku dan membaca satu-satunya Surah yang Ia tahu. Ia merasakan kebutuhan yang sangat besar untuk bersujud kepada Yang Maha Kuasa untuk meminta maaf dan petunjuk menjadi hal yang paling masuk akal baginya.
Tak lama kemudian, Ia berangkat berlibur sembari membawa Qur'an. Empat hari kemudian, Ia yang sendirian di negara asing terkena sakit parah. Ia hanya terbaring selama sebulan dan setiap hari kehilangan hampir satu pon berat badanya.
Menghadapi kematian, Ia yang sendirian dalam penderitaan ingat memohon kepada Allah untuk tidak membiarkannya mati dalam kondisi tidak lengkap. Waktu itu Ia belum dikonversi menjadi Muslim tapi dalam hatinya selalu ingin menjadi seorang Muslim. Ia tersadar dahulu seperti menunda-nunda mencoba untuk mempelajari segala sesuatu yang benar.
Kini, Ia percaya bahwa itu adalah panggilan untuknya dari Sang Maha Penyayang. Itu adalah untuk momen baginya untuk mengatakan bahwa hidup ini terlalu singkat untuk menunda sesuatu yang ingin dilakukan.
Setelah memohon, kondisnya berangsur baik dan Ia bisa kembali ke Kanada. Dua minggu setelah kembali ke Kanada Ia masuk Islam. "Al- Hamdulillah saya tidak mati sebelum mengatakan syahadat," ujarnya.
"Allah Maha Penyayang. Dia memberikan orang banyak peluang dan tanda-tanda . Bagian yang sulit adalah tidak begitu banyak orang mengenali tanda-tanda tersebut," jelasnya.
"Islam seperti obat. Ini perubahan perilaku menyimpang dan menenangkan serta membuat jiwa menangis. Islam adalah agama Kebenaran dan Quran adalah panduan untuk semua aspek kehidupan. Quran memberi saya semua jawaban atas pertanyaan saya," kenangnya.
Ini, lanjutnya, meringankan kebingungan saya dan mengubahnya menjadi kejelasan dan pemahaman . Tidak pernah terlintas ada agama yang Kebenaran mutlak dalam bentuk yang paling murni . Jika seluruh umat manusia menyadari bahwa kebenaran ini adalah agama Islam.
"Saya berdoa kepada Allah untuk membimbing kita semua ke jalan yang lurus. Jalan semua nabi Allah termasuk Ibrahim , Nuh , Musa , Yesus , dan Muhammad ( damai atas mereka semua )," tandasnya.
Ia biasa duduk dengan bingung membaca Alkitab sembari merekam dalam tape recorder. Setelah selesai, Ia akan memutar rekaman kembali dengan harapan menangkap makna dari apa yang baru saja dibacanya. Namun, cara itu tak juga membantunya memperoleh apa yang ia cari.
Pada suatu hari, ia menyaksikan khotbah di televisi dimana acara tersebut memerintahkan pemberian Alkitab gratis dan menyumbangkan sebanyak yang bisa dilakukan ( yang tidak bisa banyak dilakukan anak laki-laki sepuluh tahun ) kepada penginjil televisi. Ganjarannya Ia akan menerima surat terima kasih dan berkat dan yang membuat saya merasa baik .
Hal itu berlangsung selama satu tahun atau lebih sampai akhirnya Ia menjadi terlalu frustrasi, kehilangan, dan bosan dengan seluruh proses. Bukannya mengerti, Yusuf malah semakin bingung memahami arti yang ada di dalam injil.
"Aku memiliki Alkitab di lemari laci dan saya hanya akan menyebutnya sesekali pada saat saya remaja. Aku menerima kenyataan bahwa aku tidak akan pernah benar-benar memahami Alkitab. Artinya , ironisnya , sampai nanti ketika saya menjadi Muslim. Saat itulah aku mulai mendapatkan pemahaman yang lengkap itu," jelasnya, seperti dilansir dari Onislam, Selasa (14/1).
Apa yang membuat Ia bingung dengan Injil adalah kontradiksi antara kitab tersebut dan apa yang telah diajarkan oleh para imam dan pendidik agamanya. Ia menemukan bahwa hampir setiap aspek keyakinannya terguncang atau tidak masuk akal sama sekali setelah mengacu pada Injil.
Ia merasa inti dari imannya yang telah dipelajari adalah palsu. Hal tersebut membawa dirinya ke titik di mana pesimis dan sinis terhadap agama. Akhirnya saat remaja, Ia pun seperti mengejek Agama yang diyakininya dengan pergi gereja sembari mengunyah permen karet dan setengah hati berpartisipasi dalam pelayanan.
Ia akan bersuara pada saat menyebutkan Tuhan atau Yesus. Ia tidak tahu apa yang bisa dipercaya lagi. Satu-satunya hal yang Ia yakini adalah bahwa Tuhan itu ada. Semua kebingungan dan kekecewaannya dari usia sepuluh tahun akhirnya memicu mencari Kebenaran dan akhirnya membawanya ke agama yang disebut Islam.
Pertemuan pertamanya dengan orang-orang Muslim adalah melalui transaksi bisnis. Hangat dan murah hati keramahan mereka memenangkan hatinya. Ia juga tergelitik dengan orang Muslim yang setia dengan Allah dalam ungkapan-ungkapan seperti Alhamdulillah (semua Segala puji bagi Allah ) dan Insya Allah ( Insya Allah ).
Ia tidak pernah melihat orang-orang dalam keadaan iman yang kuat seperti ini sebelumnya. Yusuf menemukan Kebaikan, kemurahan hati dan sifat belas kasih mereka adalah sebuah bagian dari seorang Muslim. Hal ini lantas mendorongnya ingin menjadi seperti mereka.
"Ini adalah apa yang menarik dari orang-orang Islam , ini adalah apa yang membuat saya tertarik terhadap Islam," ujarnya.
Setelah peristiwa tersebut, Ia mulai mempelajari dasar-dasar Islam. Semakin Ia belajar, Yusuf semakin ingin tahu. Ia mempelajari Islam melalui buku-buku yang ditulis oleh umat Islam dan juga membaca terjemahan Al-Quran. Ketika itu, hanya beberapa orang yang tahu bahwa Ia sedang belajar Islam.
Ia beralasan karena tidak ingin ada campur tangan dari umat Islam dan terutama dari teman-teman Kristen dan Yahudinya. "Saya tahu bahwa jika ada yang membimbing dan membantu saya dalam pencarian kebenaran adalah Allah," jelasnya.
Seiring waktu berlalu , pengetahuannya berkembang menjadi alam Kebenaran sampai sekarang tanpa sepengetahuan saya . Islam menjadi kekuatan yang kuat seperti magnet menarik dirinya lebih dekat dan lebih dekat untuk itu.
Allah adalah satu-satunya hal dipikirkannya ketika melayang tidur dan pikiran pertama ketika terbangun. Islam membangun intelektual serta hatinya dan Ia menjadi begitu semangat tumbuh untuk itu.
Baca Quran
Ia akhirnya belajar Surat Al - Ikhlas meskipun belum Muslim. Ia mulai mengajar diri untuk berdoa dengan menggunakan buku dan membaca satu-satunya Surah yang Ia tahu. Ia merasakan kebutuhan yang sangat besar untuk bersujud kepada Yang Maha Kuasa untuk meminta maaf dan petunjuk menjadi hal yang paling masuk akal baginya.
Tak lama kemudian, Ia berangkat berlibur sembari membawa Qur'an. Empat hari kemudian, Ia yang sendirian di negara asing terkena sakit parah. Ia hanya terbaring selama sebulan dan setiap hari kehilangan hampir satu pon berat badanya.
Menghadapi kematian, Ia yang sendirian dalam penderitaan ingat memohon kepada Allah untuk tidak membiarkannya mati dalam kondisi tidak lengkap. Waktu itu Ia belum dikonversi menjadi Muslim tapi dalam hatinya selalu ingin menjadi seorang Muslim. Ia tersadar dahulu seperti menunda-nunda mencoba untuk mempelajari segala sesuatu yang benar.
Kini, Ia percaya bahwa itu adalah panggilan untuknya dari Sang Maha Penyayang. Itu adalah untuk momen baginya untuk mengatakan bahwa hidup ini terlalu singkat untuk menunda sesuatu yang ingin dilakukan.
Setelah memohon, kondisnya berangsur baik dan Ia bisa kembali ke Kanada. Dua minggu setelah kembali ke Kanada Ia masuk Islam. "Al- Hamdulillah saya tidak mati sebelum mengatakan syahadat," ujarnya.
"Allah Maha Penyayang. Dia memberikan orang banyak peluang dan tanda-tanda . Bagian yang sulit adalah tidak begitu banyak orang mengenali tanda-tanda tersebut," jelasnya.
"Islam seperti obat. Ini perubahan perilaku menyimpang dan menenangkan serta membuat jiwa menangis. Islam adalah agama Kebenaran dan Quran adalah panduan untuk semua aspek kehidupan. Quran memberi saya semua jawaban atas pertanyaan saya," kenangnya.
Ini, lanjutnya, meringankan kebingungan saya dan mengubahnya menjadi kejelasan dan pemahaman . Tidak pernah terlintas ada agama yang Kebenaran mutlak dalam bentuk yang paling murni . Jika seluruh umat manusia menyadari bahwa kebenaran ini adalah agama Islam.
"Saya berdoa kepada Allah untuk membimbing kita semua ke jalan yang lurus. Jalan semua nabi Allah termasuk Ibrahim , Nuh , Musa , Yesus , dan Muhammad ( damai atas mereka semua )," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar