Sebagaimana tanaman, iman membutuhkan perawantan untuk menjaga
kesuburan,. Jika tanaman membutuhkan air dan pupuk untuk kesuburannya,
maka iman pun demikian, membutuhkan siraman dan gizi keimanan. Jika
tidak, ia bisa layu, bahkan mati
Apalagi pada zaman sekarang ini, dimana benalu-benalu keimanan,
demikan banyak bertebaran di sekeliling kita. Ada tontonan-tontonan
perusak iman, ada lingkungan buruk, ada perusak pemikiran dan berbagai
macam benalu yang aktif menggerogoti keimanan. Pada zaman dahulu saja
pernah terjadi kerusakan behkan kemur tadan karena larut dalam benalu
iman.
Inilah ubaidillah bin jahsyi. Pemuda Quraisy ini ketika mendengar
seruan keimanan dari rosul mulia, bersegera menjawab seruan beliau
bersama istrinya Romlah RadiyaAllahu ‘anha. Padahal ayah Romlah, Abu
Sufyan, saat itu menjadi salah satu pembesar Quraisy penghalang dakwah
islam.
Sesampai disana, kaum muslimin dibawah pimpinan ja’far bin Abi Thalib
mendapat perlindungan raja Najasyi. Tetapi lingkungan Ethopia adalah
lingkungan Nashroni. Ubaidillah bin Jahsyi yang paling pandai bergaul,
banyak berinteraksi dengan kaum Nashroni Ethopia. Sedikit demi sedikit
lingkungannya mempengaruhinya untuk meniggalkan keimanannya. Ia diberi
kesenagan dengan kebolehan meminum khomer dan sebagainya. Tanpa terasa
sampai puncaknya Ubaidillah memilih kemurtadan mengikuti aqidah Nashroni
yang sesat dari pada iman. Ia menjadi korban sebuah lingkungan yang
buruk.
Terlebih lagi zaman sekarang. Seringkali kita mendengar begitu banyak
orang-orang islam yang mudah berpindah agama hanya karena iming-iming
dunia yang nilainya tidak seberapa. Kenyataannya tersebut tidak
terlepas dari kelalaian mereka sendiri yang tidak mau member nutrisi
bagi keimanannya. Untuk itu sudah seharusnya kita memberi perhatian
serius akan kesehatan iman kita dengan memberinya makanan-makanan
keimanan agar iman tetap kuat membuahkan kebaikan dunia maupun akhirat.
Adapun diantara nutrisi-nutrisi iman yang bisa menguatkan kapasitas keimanan kita adalah sebagai berikut:
1. Merasakan Keagungan Dan Karunia Allah
Seorang muslim dituntut bisa mengaktifkan pemikiran agar bisa
mengambil pelajaran dari apa saja yang dihadapinya, kesimpulan akhirnya
adalah bahwa hidupnya selalu berenang dalam karunia nikmat dan kasih
sayang-Nya. Saat ia sedang mandi hendaknya ia berfikir apa jadinya hidup
ini jika Allah tidak berikan Air kepadanya? Ketika ia melihat matahari,
terbesitlah dibenaknya betapa besarnya karunia matahari, yang dengannya
tumbuhan bisa memproduksi makanan untuknya, pakaian bisa kering
karenanya, aktifitas pun menjadi lebih nyaman. Kita juga berfikir akan
keagungan Allah yang telah menciptakan malam, untuk beristirahat,
setelah seharian penuh berkerja, dan lain sebagainya.
Maha benar Allah dengan firmanNya:
إٍنَّ فِى خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَيْلِ وَالنَّهَارِ لأَيَاتِ لِأوْلِى الألْبَابِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Qs:
Ali Imron 191)
Dengan mengingat besarnya karunia Allah, nikmatNya, ataupun
anugrah-anugrahnya maka kita akan tenggelam dalam lautan kebaikan,
lautan itu memberikan banyak nutrisi kepada hati kita.
2. Membaca Dan Mentadaburi Al Qur’an
Al Allamah As-Sa’di menulis, “ seorang yang mentadaburi Al –Qur’an
senantiasa dapat mengambil faedah dari ilmu dan pengetahuan yang ditebar
oleh Al-Qur’an untuk menambah imannya. Allah telah mengingatkan kita
dalam penggalan firmannya:
“ Dan apabila dibacakan Ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal.” (QS: Al
Anfal 2)
Al Qur’an merupakan nutrisi hati yang sangat mujarab untuk menguatkan
iman maupun hati yang sakit. Allah menjamin itu dengan kalamNya:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS: Yunus 57)
3. Banyak Berdzikir Dan Melazimi Majelisnya
tak ayal, dzikir merupakan amalan utama untuk menyuburkan, menjaga
dan meningkatkan stamina iman. Karena dengannya akan selalu terhubung
dengan Allah, merasa dekat denganNya, serta mengawas dan melindungiNya.
Oleh karenanya Rasulullah menghasung agar lidah kita senantiasa basah
dengan berdzikir kepada Allah.
Diriwayatkan bahwa seorang lelaki bertanya kepada nabi:
يَـا رَسُولُ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ
فَأَخْبِرْنِى بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ قَالَ لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ
رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ
“wahai utusan Allah, sesungguhnya syari’at islam telah banyak macamnya, maka beritahukanlah aku suatu amal yang akan selalu saya pegang teguh. Beliau bersabda: “Hendaknya lisanmu selalu basah dengan dzikir kepada Allah.” (HR: Tirmidzi)
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu
pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman. (Al-Ahzab 41-43)
4. Menuntut Ilmu
Semakin seseorang bertambah ilmunya maka imannya pun akan semakin
menguat. Karena dengan ilmu seseorang akan mengetahui keagungan Allah,
mengtahui hakikat kehidupan, mengetahui jannah dan neraka, sehingga
rasa takut kepada Allah akan semakin menguat. Allah Berfirman
“sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya adalah orang yang berilmu.” (QS: Al Fathir 28)
5. Mengenal Dan Menelaah Sejarah Nabi Serta Orang-Orang Yang Beriman.
Mengenal dan menalaah sejarah nabi maupun orang-orang yang beriman
merupakan salah satu hal yang cukup efektif menyegar dan menyuburkan
iman, dengan mengenal sosok mereka setidaknya kita dapat mengambil satu
langkah untuk meneladani mereka, mengenal keperibadian nabi dan
akhlaqnya, mengenal keteguhan para sahabat disaat iman mereka diuji dan
disiksa, mengenal betapa kuatnya para salafush-shalih dalam mengamalkan
kebaikan dan lain sebagainya, semua itu sangat efektif memberi pengaruh
yang dahsyat dalam iman kita.
Saat kita membaca sejarah saat itu kita akan terbawa, tenggelam dalam
kehidupan mereka, kemudian berkaca dalam hati seolah olah ingin menjadi
makhluq yang terpuji seperti mereka para shalihin…
Iman kita akan tertantang saat membaca bagaimana derita saat Khobaib
bin Art disiksa hingga punggungnya hangus terbakar. Bilal bin rabbah
ditindih batu besar di padang sahara, sementara lidahnya tak dapat
berucap apapun selain kata tauhid. “ahad… ahad… ahad…”
6. memperbanyak Amalan Sunnah (Nafilah) setelah menyempurnakan yang wajib.
Allah Ta’ala telah menyatakan dalam hadits Qudsi:
“tidaklah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang
lebih aku cintai daripada sesuatu yang aku fardhukan kepadanya. Dan
hamba-Ku akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan
amalan-amalan Nafilah sehingga Aku mencintainya.” (HR Bukhari)
Nafilah adalah segala bentuk ketaatan selain yang fardhu. Nafilah
adalah amalan yang diperintahkan oleh syari’at namun tidak diwajibkan.
Sebagian ulama’ menanyakan “bagaimana bisa amalan nafilah menjadi factor
penyampai ke mahabbatullah, dan bukannya amalan fardhu?” sebagian ulama
menjawab’ “ umumnya seorang hamba mengerjakan amalan fardhu karena
takut kepada hukuman dan mengharapkan pahala. Sedangkan amalan nafilah
tidak ada hukuman jika ditinggalkan. Karena seseorang mengerjakannya
dengan ikhlas, dengan niat supaya dicintai Allah dan mendekatkan diri
kepadaNya. Lantaran keikhlasan yang ada pada amalan nafilah inilah dia
menjadi factor penyampai ke Mahabbatullah, bukan amalan fardhu.”
Semakin banyak seseorang mengerjakan amalan nafilah semakin banyak
pula ia bergelimang pahala dan kebaikan, dengan demikian ia telah
menjaga iman dengan kebaikan-kebaikan tersebut.
7. Hidup Dalam Lingkungan Orang-Or ang shalih
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam mempengaruhi iman
seseorang. Berapa banyak orang yang awalnya baik namun kemudian rusak
lantaran lingkungannya rusak, bergaul dengan orang-orang yang rusak,
begitupun cukup banyak orang yang dahulu rusak imannya lantas berubah
menjadi baik lantaran bergumul dalam lingkungan yang baik.
Suatu waktu Rasulullah mengingatkan kita dengan sabdanya:
”seseorang akan bersama agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian
melihat dengan siapa seseorang memilih teman dekatnya.” (HR Tirmidzi)
8. Banyak mengingat kematian.
Mengingat kematian, hidup setelahnya, kiamat, dan jannah serta neraka
akan menjadikan hati kita lembut, bertambah takut kepada Allah dan
semakin bersemangat untuk beramal Shalih. Oleh karenanya Rasulullah
menghasung kita untuk banyak mengingat semua itu. Beliau bersabda:
“dahulu saya melarang kalian untuk berziarah kekuburan. Ingatlah,
sekarang berziarahlah sesungguhnya ia akan melembutkan hati, membuat
mata menangis, dan mengingatkan akhirat.
(HR. Al Hakim)
Do’a Memohon keteguhan
Doa adalah hal yang paling utama setelah ikhtiar, namun berusaha
untuk memberi stamina pada iman, agar nutrisinya tercukupi saja tak
cukup, karena hakikat hati itu terbolak balik. Oleh karenanya tak heran
bila, Ummu Salamah, istri Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wassalam,
ketika ditanya do’a apa yang paling banyak di baca oleh Rasulullah, ia
mengabarkan bahwa do’a yang sering di baca oleh Rasulullah adalah,
“Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati ini diatas
agama-Mu” (HR. Tirmidzi)
Wallahu A’lam Bish Showab
Disadur oleh Naffadz Zain dari buku Kiat Menyuburkan Iman
0 komentar:
Posting Komentar